Halaman

Minggu, 28 April 2013

Teman itu Layaknya Pakaian dan Aksesoris

Saya paling gag suka banget sama orang yang keponya sudah level menengah ke atas. Lebih-lebih sama orang yang gag terlalu intim (baca : kurang akrab / baru kenal). Kerjaannya gatel banget pengin tahu si-A ngapain, si-B mau kemana, si-C bawa apa, si-D.... ahhhhh sudahlaaaah...
Walo saya juga masih suka 'peduli' urusan orang... Tapi pilih-pilih juga kali orangnya... Hehee #TolongSkipBagianIni :)

Nah,, rasa ingin tahu yang tidak sesuai tempatnya itu bisa menyebabkan dua korban,,

Pertama, sumber informasi.

Si 'Mr. Want To Know All Of Your Business' alias 'Mr. Haus Informasi' ini bakal rela ngejar-ngejar si narasumber buat memenuhi rasa ingin tahu tentang 'korban'. Sometimes, dia gag bakal langsung bertanya sama si-A atau si-B, rasa ingin tahu tidak seirama dgn nyali yang secuil. So, dia bakal ngubrek-ngubrek pihak ketiga yang menurutnya tahu lebih banyak dan mau berbagi.
Well, kalo saya ada di pihak narasumber itu, tuan-tuan pemburu informasi ini bakal saya blacklist dari 'daftar orang yang ingin ditemui',  pengin ngindar aja bawaannya. Ganggu kan yaaa, ditanyain tentang si-A, si-B dkk lagi dan lagi, intense banget! Salah-salah ngomong juga bisa jadi tersangka kasus pemfitnahan!

Korban kedua, dia yang dikepoin.

Langsung ato tidak, yang dikepoin bakal ngerasa terganggu lho! Contoh kasus nih, narasumber nyampein, 'Mr. Haus Informasi' lagi ngincer darah dia, otomatis, dia bakal sangat-sangat merasa tidak aman kan. Terlebih lagi kalo itu saya orangnya, bahkan setetes darah yang sudah dicuri nyamuk sekalipun, terkadang tidak rela rasanya. Haha. Masa' iya mau umpet-umpetan mulu sama pemburu model gitu, sampe kapan? Ganggu! Gag nyaman!


Tapii,, setelah bertapa beberapa detik, saya akhirnya merelakan, diri ini di'kepo'-in sama pihak-pihak yang merasa perlu banget tahu hal-hal ter-update dari hidup saya. Yah, hitung-hitung belajar jadi artis, yang dikejar paparazzi dan pemburu inpotemen! Belum sempat marathon di stasiun TV, latihan marathon dulu lah di kehidupan petugas sensus, yang mau ngedata saya. Yuukk mari, yang mau kepo-in saya mending nanya langsung, si pihak ketiga, keempat, kelima itu juga belum tentu tahu banyak tentang saya. Trust me dehh :)

Anyway, sewanti-wantinya saya sama orang kepo, saya masih bisa maklum pada akhirnya. Tapi, orang yang menjelek-jelekkan temannya sendiri bener-bener buat saya geleng kepala, melipir-melipir, terus ilfeel....

"Oww,, dia itu dulu di sekolah orangnya gini, giniii, giniiiii...."  Daftar kejelekkan pun dari A-Z dikumandangkan. Giliran ditanya "Kamu kog tahu banyak?"  Entah disengaja atau emang polos, dengan entengnya keceplosan "Kan kami dulu teman sekelas, lumayan dekat lah"
Serasa nelan bola basket! Yah, kenyataan kadang memang lebih pahit dari mimpi!

Ini yang buat saya melipir dan kemudian ilfeel. Saya masih bisa menganggap wajar, kalo nyatanya si-X yang jadi bahan obrolan dia itu satu dari sekian banyak musuh dia, saingan dia, atau tetangga seberang kampungnya, walo ini juga gag bisa dijadiin contoh ya! Men-judge org itu gag baik kan, apalagi menularkan pikiran-pikiran jelek ttg si-X tadi ke orang yang pemikirannya masih polos, seperti saya. :)

And, do you know, what the next step I did?
Memasukkan mbak-mbak beringatan brilliant tentang masa sekolahnya tadi, ke dalam daftar 'teman yang perlu diwaspadai'
Kenapa harus waspada? Jelas donk, orang yang diakuinya sebagai 'teman, lumayan dekat'  saja bisa dia beberkan A-Z tentang 'kekhilafan-kekhilafan'-nya jaman sekolah. Daaaann, tidak menutup kemungkinan dia akan melakukan hal yang sama beberapa tahun lagi, lalu korban selanjutnya adalah-SAYA!

Nah,, yang buat saya sedikit serem, bukan karena ia mau menilai apa tentang saya. Bukan juga karena saya takut dinilai jelek. Jelaslah bukan! Saya sangat tidak berkeberatan orang mau berpikiran apa tentang saya, yang jelek, buruk, cacat, hina, itu hasil pemikiran dia, cukup kita hargai saja. Hal itu gag akan jadi masalah buat saya, kalo hanya untuk dikonsumsi pribadi sama si 'creator'  pemikiran tadi. Untung-untung dia bisa cerita ke saya, buat bahan introspeksi saya. Tapi gimana jadinya, kalo dia melukis hitam pada kanvas kosong. Hitam donk karyanya!

Gitu juga, kalo sampe pemikiran2 kreatif tadi di-share ke orang yang belum kenal benar siapa saya, yang saya takut saya jadi kehilangan kesempatan untuk menambah teman sebelum say hello!

Tentang si-X, teman semasa sekolah yang di--'dia ginii, giniii, dan giniiii'--in tadi sama dia, gag ada yang tahu juga dia cerita apa adanya atau sudah diberi penyedap. Semoga beberapa orang yang secara langsung mendengar cerita beberapa hari yang lalu itu, tidak langsung men-judge si-X yaa,, Pliss, jangan biarkan pemikiran orang menggariskan hitam di kanvas mu! Kamu punya kuasa untuk menentukan warna apa yang kamu ijinin untuk menari-nari di kanvas mu ya!

Kita memang gag boleh men-judge orang lain sebelum kita kenal dia. Toh orang benua seberang bilang, 'Don't judge a book by its cover".

Itu dia kenapa kita harus mengenal secara langsung teman-teman kita. Sebelum kita boleh menilai mereka. Tapi dalam proses mengenal itu juga, jangan sampai kita mengabaikan kata hati, menganggap diri paling bener, paling lurus, paling baik, paling kuat, paling berpendirian, gag mungkin terjerumus, gag mungkin kebawa-bawa.

Yah,,, Beberapa orang emang lebih sering merasa dirinya paling bener, terutama saya! Hehee.

Kadang kita terpaksa berada di dalam sekelompok orang, yang kita sendiri sadar, mereka tidak baik, hati sudah memberikan signal-signal, tapi kita acuh. Rasa sombong tidak akan terjerumus dan menganggap diri paling benar, bakal ngebisikin, "ah itu kan mereka, bukan saya", "saya bisa jaga diri, pegang prinsip kog" 
Nahh..pemikiran seperti itu cuma berlaku untuk cara pandang kita terhadap diri kita sendiri. Karena gag banyak orang yang mau capek-capek menilai individu satu persatu. Lebih instan mereka menggeneralisasikan!

"Oh, Andiks karib bener sama Budiks toh, 26 jam seharian, kemana-mana gendong-gendongan. Budiks itu kan maling jemuran",--cuma contoh!
Kalo situasinya gini, gag salah juga orang menyimpulkan Andiks itu sebagai penadah dari hasil ketangkasan tangan Budiks, memaling jemuran.

-------
INI BUKAN KESIMPULAN,
Sekedar reminder buat saya, REMINDER.
sekelilingmu itu menciptakan image untuk mu, teman-teman itu layaknya pakaian dan aksesoris. Kalo mau hasil foto kamu itu bagus, yah pilihlah pakaian terbaik kamu, gitu jugaa dengan aksesorisnya.
Tidak perlu mahal. Asal mampu membuatmu menjadi dirimu sendiri!

Kadang waspada itu perlu, gag semua ember mulus anti bocor! Apalagi yang jelas-jelas terlihat retaknya.


Good Day, Universe!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar