Halaman

Sabtu, 27 April 2013

Memuisikan Sebait Rindu

Terlalu cepatkah bercengkerama dengan rindu?
Yah, ia tak berlogika kan waktu
Datang sekenanya saja


Sedari tadi seperti ada yang mengusik,
reka ku pada carut marutnya hidup
Tak dinyana rindu menyapa rupanya
Membisikkan rayuan penuh ilusi
Memendarkan siluet-siluet kenangan
Adakah yang lebih menghadirkan pilu dari ini?
Ketika rindu berbatas ruang, jarak dan waktu
Menggetarkan keangkuhan diri
Bukan tak main, goyah ketetapan hati
Sebait rindu bimbang tuk disampaikan
Ku dekap makin kuat,
Agar ia tak berteriak.
Apa daya, tanganku hanya sepasang
Lalu ia ibarat merapi
Yang memecah keheningan semesta
Bukan tak mampu berkata santun
Mendeskripsikan rindu yang menari-nari
Namun merapi tak mampu takluk

Ahh,,kekasih, kau kata aku dirasuki amarah
Kau tak tahu, ini lebih dari sekedar amarah yang memuncak
Celah-celah hati telah penuh sesak oleh bait-bait rindu
Tak sedikit pun ruang untuk menentukan kuda-kuda pertahanan
Bukan tanpa izin-Nya aku merindu
Bahkan Dia pasti pengirim rindu itu

Ini bukan luka, tapi perih aku rasa
Dalam sayup nan gemerlapnya malam
Rindu bagai tamu tak diundang
Ia mengetuk pintu yang salah
Bukan lancang ku tolak kehadirannya
Tapi ruang, jarak, dan waktu menyaratkan nelangsa

Lantas aku dengan secuil kekuatanku
Penuh keangkuhan mencoba bertahan memeluk rindu, sebatang kara
Bukan tentram yang ku tuai
Malah mengundang gusar yang menyerukan kekesalan,
dan aku terjerumus dengan telak

Lemah, begitu aku terkulai
Andai rindu datangnya tahu diri
Pasti mampu aku menggenggamnya
Mereka curang!!
Keroyokan!!
Datang beramai-ramai tanpa permisi,
dan meninggalkan jejak begitu dalam
Tanpa sempat aku mencari kata-kata yang tepat
Untuk memuisikan pada ia yang dikasih,
tentang rindu pada bait-bait syairnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar